Dosa Sosial
عن أبي هريرة رضي الله عنه قَالَ: قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ فُلاَنَةً تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَ تَصُوْمُ النَّهَارَ وَ تَفْعَلُ وَ تَصَدَّقُ وَ تُؤْذِي جِيْرَانَهَا بِلِسَانِهَا فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: لاَ خَيْرَ فِيْهَا هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ قَالُوْا: وَ فُلاَنَةً تُصَلِّى اْلمَكْتُوْبَةَ وَ تَصَدَّقُ بِأَثْوَارٍ وَ لاَ تُؤْذِي أَحَدًا فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: هِيَ مِنْ أَهْلِ اْلجَنَّةِ
Dari Abu Hurairah RA berkata, pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya si Fulanah rajin qiyamullail, puasa di siang hari, mengerjakan berbagai kebaikan dan bersedekah, tetapi ia suka mengganggu tetangganya dengan lisannya?”. Bersabda Rasulullah SAW, “Tiada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka”. Mereka bertanya lagi, “Sesungguhnya si Fulanah (yang lain) mengerjakan (hanya) shalat wajib dan bersedekah dengan sepotong keju, namun tidak pernah mengganggu seorangpun?”. Bersabda Rasulullah SAW, “Dia termasuk penghuni surga”.
(HR Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrod: 119)
Kandungan hadits
1. Kesalehan ritual belum cukup mengantarkan seseorang ke surga. Kebaikan sosial bisa mengantarkan seseorang ke kehidupan bahagia dunia-akhirat.
2. Orang yang mengerjakan shalat fardhu dan puasa fardhu, sedekahnya sedikit namun masuk surga ketika tidak diiringi perilaku menganggu orang lain.
3. Dosa sosial kelihatan ringan karena sering dibiarkan, diremehkan dan dianggap kecil. Pada hakikatnya, dosa ini sungguh berat secara kualitatif karena bisa menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Dosa yang satu ini membuat noda hitam (nuktah sawda’) pada hati manusia sebelum pihak terkait memaafkan kesalahan kita. Bukan tidak mungkin, dosa sosial dapat ‘memakan’ pahala shalat, puasa, zakat, haji dan seterusnya yang selama ini dikerjakan. Orang yang bernasib seperti ini, adalah orang muflis karena amal yang diperbuat dalam dunia ini kemudian harus diserahkan kepada orang lain akibat kezalimannya kepada sesama.
4. Dosa sosial sangat bermasalah mengingat ia tersangkut bukan hanya saja satu dua orang, tetapi bisa sepuluh, sekampung, sekecamatan dan seterusnya. Semakin banyak kita berinteraksi dengan pihak lain maka semakin besar peluang melakukan dosa sosial. Semakin tinggi jabatan seseorang semakin besar dan luas kemungkinan terjerat dan terperangkap dalam dosa sesama.
5. Dosa sosial harus diikuti dengan mengembalikan hak-hak orang lain yang pernah didzaliminya, menggantikan sesuatu yang pernah dirusaknya, dan meminta kerelaan pihak yang disakitinya. Bila itu tidak dilakukan, maka amal kebaikannya itu nantinya akan diberikan kepada mereka yang menuntut akan kedzalimannya di hari kiamat kelak.
6. Siksa kubur disebabkan oleh dosa sosial berupa namimah (menghasut dan adu domba).
مَرَّ الَّنبِيُّ صلي الله عليه وسلم عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيْرٍ. ثُمَّ قَالَ : بَلَى، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَسْعَى بِالنَّمِيْمَةِ، وَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَيَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ…الحـديث – متفق عليه
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau bersabda,”Sesungguhnya keduanya benar-benar sedang di azab. Dan keduanya tidak diazab dalam masalah besar,” kemudian Beliau bersabda: “Ya. Adapun salah seorang di antara mereka, dikarenakan ia berjalan dengan menebarkan namimah (adu domba). Sedangkan yang satunya lagi karena tidak menjaga diri dari kencingnya…
(HR Bukhari no 1378)